Entri Populer

Selasa, 03 November 2015

info sekilas perkebunan kelapa sawit

Bibit Unggul DxP Socfindo

Benih dan bibit kelapa sawit yang diproduksi oleh PT. Socfin Indonesia memiliki kualitas yang teruji dan terbukti, selalu mengandalkan kualitas, serta tidak kalah bersaing dengan produk lain yang ada di pasar. Merupakan bibit tenera dari hasil persilangan Dura x Pisifera terbaik yang diperoleh dari berbagai famili yang sudah teruji keunggulannya.
Persilangan benih unggul DxP Socfindo dilaksanakan di kebun percobaan Aek Kwasan, Aek Loba Timur (Kabupaten Asahan) dan Bangun Bandar (Kabupaten Serdang Bedagai) Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Sebagian sumber benih juga berasal dari kebun percobaan yang ada di Benua Afrika seperti dari La'me, La Dibamba dan Pobe.
Sejak Agustus 2013, Socfindo telah merilis 1 varietas unggulan terbaru. Sehingga saat ini, selain dari 2 varietas yang sudah ada Socfindo telah resmi memasarkan 3 jenis varietas DxP Socfindo yang memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing.
Secara umum, ketiga varietas bibit unggul tersebut didistribusikan dalam 2 bentuk, benih kecambah (seeds) dan bibit polybagprenursery. Akan tetapi khusus untuk varietas DxP Socfindo MT Gano hanya dipasarkan dalam bentuk kecambah. Masing-masing varietas unggul DxP Socfindo memiliki keunggulan yang khas. 

 
Prinsip Pemilihan Bahan Tanaman
Benih Unggul DxP Socfindo merupakan reproduksi dari persilangan-persilangan terbaik yang dilaksanakan di kebun percobaan Aek Kwasan, Aek Loba Timur (Asahan) dan Bangun Bandar (Deli Serdang) Sumatera Utara, Indonesia maupun kebun percobaan yang ada di Afrika seperti La'me, La Dibamba dan Pobe.
Benih Unggul adalah kunci awal sukses berbisnis perkebunan. Walaupun investasi bahan tanaman hanya berkisar 7 – 8% dari total biaya investasi kebun, justru hal ini menjadi faktor krusial yang mempengaruhi tingkat keuntungan dan percepatan pengembalian investasi. Hasil yang luar biasa tidak mungkin dapat diraih tanpa input yang luar biasa.
 
Oleh karena itu, pekebun kelapa sawit sudah seharusnya mengenal jenis bibit unggul yang tepat digunakan. Sebaik apapun teknik agronomi yang diterapkan, apabila bahan tanamannya illegitimate, maka dipastikan hasil perkebunan tidak akan memuaskan. Dalam pemilihan bibit kelapa sawit unggul, pekebun hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
  • Bahan tanaman telah teruji melalui program program pemuliaan jangka panjang yang konsisten dan berkelanjutan (5,10, 20, 30…>50 tahun)
  • Bahan tanaman tersebut tidak hanya terbukti dan teruji di kebun percobaan saja, namun juga di kebun komersial dan dalam lingkup luas (10 - 20 tahun bahkan 100 tahun)
  • Mampu memberikan nilai ekonomi yang tinggi baik dalam bentuk tingkat pengembalian investasi maupun nilai asset (potensi produksi per pokok).
  • Diproduksi oleh sumber benih (perusahaan) yang kredibel, berpengalaman, memiliki integritas yang tinggi serta mendapat izin resmi dari pemerintah sebagai produsen benih kelapa sawit unggul.
  • Perakitan bahan tanaman yang terpercaya merupakan hasil seleksi berasal dari induk Dura dan induk Pisifera dengan karakteristik keunggulan tersendiri.
Secara umum proses perakitan material DxP Socfindo seperti diagram di bawah ini:






DxP Socfindo MT Gano
 
 
Berangkat dari niat kuat mengatasi ancaman terbesar perkebunan kelapa sawit, PT Socfin Indonesia (Socfindo) selama puluhan tahun berupaya menemukan solusi atas penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4569 / Kpts/SR.120/8/2013 tertanggal 12 Agustus 2013, Socfindo telah resmi memiliki izin mendistribusikan dan memasarkan DxP Socfindo Moderat Tahan Gano. Inilah bahan tanaman yang telah teruji mempunya sifat moderat tahan Ganoderma sp.
 
Sebagaimana diketahui, penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit disebabkan adanya serangan jamur Ganoderma boninense  yang menyerang tanaman kelapa sawit yang biasanya menyerang tanaman generasi kedua dan seterusnya. Akibat terburuk yang ditimbulkannya adalaj penurunan populasi pohon yang cepat dan akhirnya menurunkan produktivitas tanaman per hektar. 
 
Oleh karenanya, Socfindo bekerjasama dengan CIRAD telah memulai penelitian melalui program pemuliaan dalam jangka panjang. Sejak tahun 2000 hingga 2009 telah dilakukan pengamatan terhadap 1.185 persilangan di Pengujian di lapangan dilakukan dengan membuat special design untuk percobaan Ganoderma, yang dilakukan di beberapa tempat (multi lokasi) yaitu Kebun Bangun Bandar, Kebun Mata Pao dan Kebun Tanah Gambus. Lokasi-lokasi pengujian tersebut merupakan kebun PT Socfindo yang memiliki tingkat serangan penyakit ganoderma yang sangat berat. Percobaan tersebut bertujuan untuk menseleksi famili-famili yang memiliki sifat moderat tahan ganoderma yang merupakan solusi yang paling menjanjikan dalam pengendalian penyakit ganoderma.
 
 
 
Sejalan dengan percobaan di lapangan, Socfindo dan CIRAD juga bekerjasama dengan Sumatera Bioscience (Lonsum) dengan melakukan percobaan di pembibitan sehingga hasil keunggulan famili-famili di lapangan dapat dikomparasi dengan pengujian di pembibitan. Sejak tahun 2001 hingga 2006, ke-3 institusi bekerjasama mengembangkan metode standard pengujian ganoderma di pembibitan kelapa sawit dan pada akhirnya ditemukanlah metode early screening test. Dengan metode ini, Socfindo telah menguji berbagai isolate ganoderma untuk diinfeksikan pada lebih dari 200 famili dengan total testing lebih dari 3 ribu kali di Laboratorium Pathologi, kebun Tanah Gambus. Metode ini terbukti dapat mendeteksi ketahanan bibit kelapa sawit terhadap penyakit ganoderma di pembibitan dalam waktu singkat yaitu 5 sampai 8 bulan.
 
 
Hasil pengamatan di lapangan dan hasil early screening test di pembibitan laboratorium pathologi Tanah Gambus menunjukkan adanya konsistensi dari persilangan-persilangan tertentu yang moderat tahan terhadap penyakit ganoderma di lapangan maupun di pembibitan pada early screening test. Hal ini dapat dilihat pada Grafik berikut ini.
 
 
Dari grafik dapat dilihat nilai korelasi pearson antara performa benih moderat tahan gano di lapangan dan di pembibitan, dimana rata-rata infeksi pada bibit dan pada pohon kelapa sawit di lapangan berkorelasi positif dengan nilai korelasi sebesar 71.3% dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003.
 
Dengan korelasi yang cukup kuat (>50%), dapat dikatakan ketahanan projeni di lapangan sejalan dengan ketahanan projeni yang diuji dengan metode early screening test di Laboratorium Pathologi Tanah Gambus.
 
Dari hasil pengujian dan analisa data diperoleh 5 kategori Grup A (Dura) dan 2 kategori group B (pisifera) yang moderat tahan terhadap penyakit ganoderma. Kombinasi dari persilangan – persilangan antara Grup A moderat tahan dan Grup B moderat tahan tersebut yang selanjutnya dihasilkan bibit unggul yang toleran ganoderma dan dinamakan DxP Socfindo MT Gano.
 
 
 
 
 
 
 
 
Karakteristik dan Potensi DxP Socfindo MT Gano
 
Produktivitas untuk varietas DxP Socfindo MT Gano, sudah teruji dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan varietas ini merupakan bagian dari populasi famili DxP Socfindo Lame yang selama ini sudah teruji keunggulan dan produktivitasnya. Adapun potensi produksi dan karakter tanaman DxP Socfindo MT Gano adalah sebagai berikut :
  1. Moderat tahan penyakit ganoderma
  2. Rata-rata produksi TBS : 31 - 34 ton/ha/tahun dengan potensi produksi maksimal : 38 ton/ha/tahun (*)
  3. Rata-rata ekstraksi minyak kelapa sawit (CPO) 26-28% dan kernel kelapa sawit (PK) 3.2 - 4.2%.
  4. Rata-rata produksi MKS (CPO) : 8 – 9.5 ton/ha/tahun dan total palm product mencapai > 10 ton/ha/tahun (**)
  5. Tenera > 99,9%
  6. Panen perdana pada umur 24 bulan setelah tanam : 14 - 18 ton/ha/tahun 
  7. Laju pertumbuhan meninggi yang lambat : 40 - 50 cm/tahun
  8. Pertumbuhan yang homogen
  9. Daya adaptasi luas : sesuai ditanam di berbagai iklim kering maupun basah
  10. Adaptasi pada areal marjinal
  11. Iodine value > 55.2%, RBD Olein > 76.92%, Kadar ß carotene > 500 ppm.
          *)   Potensi produksi pada umur tertentu
          **) Palm product yakni : MKS + IKS

Simulasi Kerapatan Populasi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap efek serangan ganoderma pada tanaman kelapa sawit dengan berbagai jenis varietas, dapat dilakukan perbandingan efek serangan terhadap penurunan populasi tanaman dengan metode simulasi. Seperti terlihat pada grafik di bawah ini.
Keterangan Gambar:
  1. DxP Socfindo MT Gano dengan potensi kehilangan populasi tanaman kelapa sawit 2% per tahun hingga tahun ke-25 (1 siklus) sehingga akan berakhir dengan kerapatan tanaman 101 pohon per Ha.
  2. DxP Normal dengan potensi kehilangan populasi tanaman kelapa sawit 4% per tahun hingga tahun ke-25 (1 siklus), dan akan berakhir dengan kerapatan tanaman 71 pohon per Ha.
  3. DxP Susceptible (rentan) dengan potensi kehilangan populasi tanaman kelapa sawit 7.25% per tahun hingga tahun ke-25 (1 siklus), dan akan berakhir dengan kerapatan tanaman 40 pohon per Ha. Biasanya tanaman sudah diremajakan (replanting) pada usia 15-18 tahun setelah tanam.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar